Friday, July 25, 2014

Problem tiap Hari Raya

Tiap tahun problem ini akan terus muncul.  berulang dan berakar.  Oleh karena itu, sebagai manusia yang berpikir (halah..) kucoba menganalisis, apa yang bisa kami kerjakan secara simpel dalam menyikapi hal ini.
Problem apa sih???
Hari raya, pembantu mudik!! that's it.  
Semua juga mengalaminya.
Sebagai keluarga yang biasanya ditemani pembantu meskipun tidak full time, repot juga menangani pekerjaan di rumah. Pembantu kami seperti profesional, berangkat pagi pulang sore dan minggu libur.  Tapi sayangnya dia mbolosan.  Ngeselin!!  Tapi berhubung butuh, ya dikuat-kuatin.
Hari ini, pagi-pagi our lovely assistant sudah datang dengan tujuan... pamitan dan ambil gaji.  Aje gilee.  Kita yang mbayarin aja masih berangkat kerja, dia sudah memutuskan untuk pulang dengan sewenang-wenang.  Padahal kemarin sudah kurencanakan dia harus ngapain aja hari ini.  Yah, begitulah.
The show must go on.
belajar banyak dari mbah google terutama link ini bagaimana menghemat uang, waktu dan tenaga menjalani kehidupan rumah tangga.  Toh anak-anak sudah besar.  akhir kata "aku rapopo"

Friday, July 4, 2014

Cara Simpel Berbuka Puasa

Ini cara paling simpel untuk berbuka.  Tinggal datang ke Masjid agak besar menjelang maghrib. Sangat mungkin anda akan diberi hidangan pembuka (takjil) berupa minuman segar, sekantong kecil kurma atau kue.  Setelah sholat maghrib (harus ikut sholat disitu), akan dibagikan makanan berat, umumnya nasi. Gratis..tis..tis..  Simpel kan.
Bagi anak-anakku, tour de Masjid adalah kesenangan tersendiri karena beda dari keseharian.  Bagi ibunya, ya kesenangan tersendiri, karena gak perlu masak sore dan hemat...
Enggak ding, tidak selalu hemat. Karena kadang di luar jadwal tadi, anak-anak masih minta dibelikan kue, kebab, minuman dll dll yang memang kelihatannya menggoda iman di sepanjang jalan.  Habisnya bisa lebih banyak... Gak papa lah.  Anggap ini hadiah karena anak-anak sudah berperilaku  Islami.
Dulu, waktu kecil (umur 5 ato 6 tahun gitu), kalau Idho puasa nutug (sebulan penuh) akan diberi hadiah. Gak jauh-jauh dari kue, tapi mintanya yang aneh aneh.  Untuk memotivasi anak, ya emboknya ini berusaha memenuhinya.  Sekarang sudah pada besar. Tantangannya juga lebih tinggi, seperti menulis atau menghafal AlQuran. Rewardnya juga tidak sekedar sepotomg kue, tapi bisa berupa barang atau buku

Tuesday, July 1, 2014

Kreativitas di Bulan Ramadhan

Sebagai Ibu bekerja, bulan Ramadhan menjadi tantangan dan excitement tersendiri bagiku.  Merancang menu buka dan sahur.  Merancang kegiatan Tour de Masjid.  Pokoknya, berusaha agar lebih aktif dan mendekatkan diri pada Allah.
Kalau Ramadhan, herannya, orang-orang pada aktif ketika menjelang berbuka.  Ngabuburit katanya.  Berbagai jenis makanan dijual.  Aku masih mengandalkan upaya memasak sendiri untuk menjaga kesehatan tubuh dan kantong.  Makanya, kuupayakan hari Sabtu atau Minggu masak agak banyak dan disimpan, sehingga memudahkan organisasi menu buka dan sahur. Membuat Schotel ya dua resep, (bisa untuk 3 hari), bandeng presto (beli jadi) dua resep, untuk dua hari.  Demikian seterusnya. 
Untuk Buka, Ramadhan lalu kita melakukan tour de Masjid tiap Sabtu atau Minggu.  Untuk Ramadhan tahun ini aku berharap bisa juga menjalankan meskipun ayahnya sedang di Bandung.  Sebenarnya kesempatan lebih banyak karena anak-anak masih liburan.  Yang jadi masalah adalah kendaraan.  Dua anakku, meskipun sudah cukup besar tapi belum berani naik motor sendiri, jadi sangat tergantung padaku.  Lah kalo dua-duanya dibonceng sepeda motor, kasihan motornya.  Dinaiki tiga buldoser, besar-besar.  Bisa nangis sepanjang jalan!!  Nanti akan kupikirkan gimana caranya bisa tetap ke Masjid yang agak jauh dari rumah bertiga.
Kemarin ada sesuatu yang baru yang kurasa malah memudahkan penyajian menu.  Idho tiba-tiba kangen nasi kucing katanya.  Makanya, dengan menu yang memang sudah disiapkan, tinggal dibungkus seperti yang di warung dengan porsi kecil, nasi sedikit, lauk juga seadanya, kemarin pake bandeng presto dan oseng tempe teri plus sambel.  Sudah, gitu thok.  Idho habis dua bungkus, Ais satu, aku satu.  Padahal, kalau dihidangkan dengan cara normal, (diletakkan diwadah mangkok), Idho jarang mau oseng tempe.  Ada-ada saja.  Hikmahnya, kita tidak perlu cuci piring.  Cuma cuci sendok dan gelas.  Tentu saja bungkusnya tetep pake daun pisang.